Senin, 23 Januari 2012

Kibarkan Benderamu !!

“Assalamualaikum , ,,” teriak Putra sambil mengetuk pintu rumah. 
Setelah cukup lama mengucapkan salam,  kemudian terdengar jawaban salam dan suara langkah kaki dari dalam rumah. Dan ketika pintu terbuka, keluarlah sosok pria muda tampan sebut saja dia Rendi.
“Eh lu put, ada perlu apa ya ?”
“Nyontek tugas buat besok donk !! gue belum ngerjain nih”
“masuk , , masuk,,” Rendi pun mempersilakan masuk ke rumah.
“Wah, ini rumah teroris ya mamen ?”
“Hah ?" Rendi kebingungan.
“Itu mamen” Putra menunjuk ke arah cermin. “Kok pasang bendera Al Qaida di atas cermin ?”
“Hehehe… Sengaja Mas bro, dikamar gue juga ada, mau ?” Rendi mengambil bendera Al-Liwa yg trbuat dari kertas yg dimaksud.
“Ah, lu ada-ada aja, itu kan bendera teroris”
“Bukan ada-ada saja, Bro. Memang adanya begini. Memangnya bendera teroris seperti itu ya, mas Bro ? Bukannya gambar tengkorak ?”
“Kalo tengkorak mah bendera bajak laut kaleeee”
“Oh yaa,” kata Rendi. “Terus darimana terorisnya itu bendera? Kan itu tulisan Arab. Kalau mau juga itu yang gue pasang disebut bendera pesantren. Atau bendera pengajian. Kan tulisannya arab gitu. Hehehe…”
“Di TV, pas pemakaman jenazah yang bom bunuh diri, ada tuh pelayat yang bawa bendera seperti itu”
“Kalau begitu Muhammad Toha dan Muhammad Ramdhan juga teroris dong,” kata kata Rendi.
“Kok bisa? Mereka kan pahlawan.” Balas Putra.
“Lho Muhammad Toha dan Ramdhan kan pelaku aksi bunuh diri juga. Ada loh korban warga Dayeuh Kolot juga. Tapi niat mereka berdua ingin mengusir penjajah. Kalau Toha ingin mengusir Belanda, nah yang Abang anggap teroris kan ingin mengusir Amerika,” jawab Rendi. ”Lagian Bom Bali itu belum seberapa kalau dibanding sama bom syahidnya Toha cs. Mereka mah satu kota mereka bakar. Bandung jadi lautan api. Yang di Bali, ada Bali Lautan Api?" 
 “Ya kan mereka membela tanah air.”
“Apa karena mereka membawa bendera merah putih lantas mereka tidak pantas disebut teroris? Padahal saya yakin kalau mereka dulunya disebut teroris juga sama Belanda dan Sekutu”
“Dulu belum ada teroris, Mamen”
“Ya kan teroris itu memang istilah yang diada-adakan Bro. Tergantung siapa yang bilang. Kita tidak bisa melihat dari satu sisi saja. Coba MAs bro pikir. Kalau memang yang membawa bendera seperti yang gue pasang ini teroris, maka Imam Bonjol, Diponegoro, Fatahillah, Para Sunan, semuanya adalah teroris. Soalnya mereka kan bawa bendera ini”
“Mhmm… Memang bener mereka bawa bendera seperti itu men?”
“Benar Bro. Mereka kan berjuang mencontoh Nabi. Nah, Rasulullah ketika berjuang bawanya bendera seperti yang saya pasang itu. Mas bro berani tidak bilang Rasulullah itu teroris?”
“Ya tidaklah. Masa Rasulullah teroris.”
“Tapi Rasul kan benderanya begitu juga. Maka secara tidak langsung, gue dan mas bro pun sebenarnya teroris. Anak buah teroris.”
“Ya nggak lah mamen” balas Putra dg wajah malu.
Akhirnya Putra pulang setelah mendapatkan contekan.


(cerita di atas hanyalah sebuah fiktif belaka jika ada kesamaan nama dan karakter, mohon dimaafin ya)

       Negara Islam di masa Rasulullah saw memiliki bendera dengan bentuk dan corak yang khas; juga memiliki panji-panji dengan bentuk dan corak yang juga khas. Meski bendera itu hanya secarik kain yang di mata orang awam tidak berbeda dengan poyongan kain lainnya, sehingga seringkali diabaikan namun di depan musuh-musuh Islam, bendera Islam laksana palu godam peperangan yang diarahkan kepada mereka dan membuat hati musuh-musuh Islam bergetar ketakutan. Nah, coba kita bandingkan zaman Rasulullah dg zaman sekarang. Sekarang mah yg takut ketika melihat bendera islam bukannya musuh-musuh islam melainkan malah muslim sendiri yg takut dg benderanya. Bahkan parahnya lg dibilang bendera teroris seperti cerita di atas. 
      Bendera bukan hanya bendera. Ia adalah lambang, ia adalah cerminan ideologi, lebih daripada itu bendera adalah identitas perjuangan. Bendera bukan hanya pemanis dan penghias pasukan, tetapi ia adalah ruh pengorbanan dan visi hidup seseorang. Makanya Rasulullah Muhammad betul-betul memperingatkan tentang ihwal bendera:
وَمَنْ قَاتَلَ تَحْتَ رَايَةٍ عُمِّيَّةٍ يَدْعُو إِلَى عَصَبِيَّةٍ أَوْ يَغْضَبُ لِعَصَبِيَّةٍ فَقُتِلَ فَقِتْلَةٌ جَاهِلِيَّةٌ
“..dan barang siapa yang berperang dibawah bendera ketidak jelasan dan menyeru kepada kefanatikan atau marah karena fanatik kemudian terbunuh maka terbunuhnya adalah terbunuh secara jahiliyah.”
Dalam banyak riwayat para ahli hadits, Rasulullah sendiri punya bendera yang jelas :


 “Rayah (panji) Rasulullah saw berwarna hitam dan liwa (bendera)nya berwarna putih” (HR Ibnu Majah, Tirmidzi, Baihaqi, Hakim). 
“Bahwa pada bendera Rasulullah tertulis “La ilaaha illa Allah, Muhammad ar-rasul Allah(Diriwayatkan Ibnu Abbas).
 
     Bendera yg dulu dikibarkan oleh Rasulullah, para sahabat dan kaum muslimin. Bendera yg menggambarkan izzah ““La ilaaha illa Allah, Muhammad ar-rasul Allah” dan perjuangan kaum muslimin. Satu-satunya bendera yg layak kibarkan kaum muslimin. Dan sekarang giliran dan tanggungjawab kita kita utk mngibarkan bendera Islam sebagaimna Rasulullah dan para sahabat yg mngangkat itu. Kalau bukan kita siapa lg ? mau berharap sama org kafir ? gk mngkin. Karena kita sdh bersumpah kpda Allah utk mnjaga Agama ini dg syahadat kita.
      Karena itu, Wahai kaum muslimin mulai sekarang mari hilangkan rasa takut, minder, malu dan ketidakPeDean kita terhadap bendera Islam. Mari kita luruskan pemahaman umat terhadap bendera Islam. Kibarkan benderamu !!
Allahu Akbar !!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar