Setelah
cukup lama mengucapkan salam, kemudian
terdengar jawaban salam dan suara langkah kaki dari dalam rumah. Dan ketika
pintu terbuka, keluarlah sosok pria muda tampan sebut saja dia Rendi.
“Eh
lu put, ada perlu apa ya ?”
“Nyontek
tugas buat besok donk !! gue belum ngerjain nih”
“masuk
, , masuk,,” Rendi pun mempersilakan masuk ke rumah.
“Wah, ini rumah teroris ya mamen ?”
“Hah
?" Rendi kebingungan.
“Itu mamen” Putra menunjuk ke arah cermin. “Kok pasang bendera Al Qaida di atas cermin ?”
“Itu mamen” Putra menunjuk ke arah cermin. “Kok pasang bendera Al Qaida di atas cermin ?”
“Hehehe… Sengaja Mas bro, dikamar gue juga ada, mau ?” Rendi
mengambil bendera Al-Liwa yg trbuat dari kertas yg dimaksud.
“Ah, lu ada-ada aja, itu kan bendera teroris”
“Bukan ada-ada saja, Bro. Memang adanya begini. Memangnya bendera
teroris seperti itu ya, mas Bro ? Bukannya gambar tengkorak ?”
“Kalo tengkorak mah bendera bajak laut kaleeee”
“Oh yaa,” kata Rendi. “Terus darimana terorisnya itu bendera? Kan
itu tulisan Arab. Kalau mau juga itu yang gue pasang disebut bendera pesantren.
Atau bendera pengajian. Kan tulisannya arab gitu. Hehehe…”
“Di TV, pas pemakaman jenazah yang bom bunuh diri, ada tuh pelayat
yang bawa bendera seperti itu”
“Kalau begitu Muhammad Toha dan Muhammad Ramdhan juga teroris
dong,” kata kata Rendi.
“Kok bisa? Mereka kan pahlawan.” Balas Putra.
“Lho Muhammad Toha dan Ramdhan kan pelaku aksi bunuh diri juga.
Ada loh korban warga Dayeuh Kolot juga. Tapi niat mereka berdua ingin mengusir
penjajah. Kalau Toha ingin mengusir Belanda, nah yang Abang anggap teroris kan
ingin mengusir Amerika,” jawab Rendi. ”Lagian Bom Bali itu belum seberapa kalau
dibanding sama bom syahidnya Toha cs. Mereka mah satu kota mereka bakar.
Bandung jadi lautan api. Yang di Bali, ada Bali Lautan Api?"
“Ya kan mereka membela
tanah air.”
“Apa karena mereka membawa bendera merah putih lantas mereka tidak
pantas disebut teroris? Padahal saya yakin kalau mereka dulunya disebut teroris
juga sama Belanda dan Sekutu”
“Dulu belum ada teroris, Mamen”
“Ya kan teroris itu memang istilah yang diada-adakan Bro.
Tergantung siapa yang bilang. Kita tidak bisa melihat dari satu sisi saja. Coba
MAs bro pikir. Kalau memang yang membawa bendera seperti yang gue pasang ini
teroris, maka Imam Bonjol, Diponegoro, Fatahillah, Para Sunan, semuanya adalah
teroris. Soalnya mereka kan bawa bendera ini”
“Mhmm… Memang bener mereka bawa bendera seperti itu men?”
“Benar Bro. Mereka kan berjuang mencontoh Nabi. Nah, Rasulullah
ketika berjuang bawanya bendera seperti yang saya pasang itu. Mas bro berani
tidak bilang Rasulullah itu teroris?”
“Ya tidaklah. Masa Rasulullah teroris.”
“Tapi Rasul kan benderanya begitu juga. Maka secara tidak
langsung, gue dan mas bro pun sebenarnya teroris. Anak buah teroris.”
“Ya nggak lah mamen” balas Putra dg wajah malu.
Akhirnya Putra pulang setelah mendapatkan contekan.
(cerita di atas hanyalah sebuah fiktif belaka jika ada kesamaan nama dan karakter, mohon dimaafin ya)
Negara Islam di masa Rasulullah saw memiliki bendera dengan bentuk
dan corak yang khas; juga memiliki panji-panji dengan bentuk dan corak yang
juga khas. Meski bendera itu hanya secarik kain yang di mata orang awam tidak
berbeda dengan poyongan kain lainnya, sehingga seringkali diabaikan namun di
depan musuh-musuh Islam, bendera Islam laksana palu godam peperangan yang
diarahkan kepada mereka dan membuat hati musuh-musuh Islam bergetar ketakutan. Nah,
coba kita bandingkan zaman Rasulullah dg zaman sekarang. Sekarang mah yg takut ketika
melihat bendera islam bukannya musuh-musuh islam melainkan malah muslim sendiri
yg takut dg benderanya. Bahkan parahnya lg dibilang bendera teroris seperti
cerita di atas.
Bendera bukan hanya bendera. Ia adalah lambang, ia adalah cerminan
ideologi, lebih daripada itu bendera adalah identitas perjuangan. Bendera bukan
hanya pemanis dan penghias pasukan, tetapi ia adalah ruh pengorbanan dan visi
hidup seseorang. Makanya Rasulullah Muhammad betul-betul memperingatkan tentang
ihwal bendera:
وَمَنْ قَاتَلَ تَحْتَ رَايَةٍ عُمِّيَّةٍ يَدْعُو إِلَى عَصَبِيَّةٍ أَوْ يَغْضَبُ لِعَصَبِيَّةٍ فَقُتِلَ فَقِتْلَةٌ جَاهِلِيَّةٌ
“..dan barang siapa yang berperang dibawah bendera ketidak jelasan
dan menyeru kepada kefanatikan atau marah karena fanatik kemudian terbunuh maka
terbunuhnya adalah terbunuh secara jahiliyah.”
Dalam banyak riwayat para ahli hadits, Rasulullah sendiri punya
bendera yang jelas :
“Rayah (panji) Rasulullah saw berwarna hitam dan liwa (bendera)nya berwarna putih” (HR Ibnu Majah, Tirmidzi, Baihaqi, Hakim).
“Bahwa
pada bendera Rasulullah tertulis “La ilaaha illa Allah, Muhammad ar-rasul Allah” (Diriwayatkan
Ibnu Abbas).
Bendera yg dulu dikibarkan oleh Rasulullah, para sahabat dan kaum
muslimin. Bendera yg menggambarkan izzah ““La
ilaaha illa Allah, Muhammad ar-rasul Allah” dan perjuangan kaum muslimin. Satu-satunya
bendera yg layak kibarkan kaum muslimin. Dan sekarang giliran dan tanggungjawab
kita kita utk mngibarkan bendera Islam sebagaimna Rasulullah dan para sahabat
yg mngangkat itu. Kalau bukan kita siapa lg ? mau berharap sama org kafir ? gk
mngkin. Karena kita sdh bersumpah kpda Allah utk mnjaga Agama ini dg syahadat
kita.
Karena itu, Wahai kaum muslimin mulai sekarang mari hilangkan rasa
takut, minder, malu dan ketidakPeDean kita terhadap bendera Islam. Mari kita
luruskan pemahaman umat terhadap bendera Islam. Kibarkan benderamu !!
Allahu Akbar !!
Baca juga artikel terkait :
http://maf1453.com/felix/2011/02/10/talak-tiga-nasionalisme-now/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar