Sabtu, 30 Juli 2011

DREAM HIGH


Bismilahirrahmanirrahiim . ,
Alhamdulillaahirabbil ‘alamin… sampai saat ini saya masih diberikan kesempatan oleh Allah SWT untuk bisa merasakan nikmat yang luar biasa. Shalawat serta salam tak lupa saya haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang tak pernah lelah dan letih mendakwahkan Islam sehingga kita semua sampai saat ini masih bisa merasakan nikmat yang sebenar-benarnya nikmat yakni nikmat Islam.


Aku bermimpi, Ketika itu susah
Aku menutup mata ,
Dan aku membayangkan peristiwa itu
Ku hancurkan semua ketakutan, Takut untuk jatuh
Seperti bayi burung yang tidah bisa terbang
Satu persatu perjalanan ku berjalan
Aku menjaga imajinasi mimpi itu
Ketika aku terbangun
Aku bisa terbang tinggi, Aku percaya itu
Aku bisa pergi ke langit itu, Membuka sayapku
Terbang tinggi melebihi yang lain

Begitulah lirik lagu salah satu soundtrack salah satu drama Korea favorit saya ‘Dream High’ yg sudah dipaksakan ditranslate ke bahasa Indonesia, yg baru2 ini ditayangkan di televisi Indonesia. Memang sih ini bukan tontonan yg islami, tp terlepas dari semua itu mungkin kita bisa  menangkap sedikit sisi positifnya. Perjuangan untuk meraih impian yg berakhir dg happy ending.

Tokoh di drama ini sukses bukan karena dia memiliki bakat atau punya banyak uang, tp karena memang scenario filmnya begitu, hehe.  ok serius, mereka sukses karena mereka punya ‘mimpi’.
Pembaca : sok tau lu, emangnya lu yg bikin filmnya ?
Penulis    : diam lu !! yg jelas yg bikin tulisan ini saya, jd terserah saya.
‘mimpi’ adalah karunia Allah SWT yg luar biasa. Kemampuan melihat masa depan dg sangat jelas. Sama seperti saat kita melihat cermin, seperti itulah jelasnya sebuah mimpi. Cuma bedanya, yg kita lihat di cermin adalah refleksi diri kita yg sekarang. Namun di refleksi ‘cermin mimpi’ yg kita lihat adalah refleksi masa depan. Saat kita melihat mimpi kita begitu suram, maka itulah yg akan terjadi dan apabila mimpi kita sesuatu yg indah, maka percayalah semua itu akan terwujud. Insyallah , . ‘Mimpi’ adalah imajinasi masa depan sekaligus teknologi tecanggih dalam meraih impian.

Di drama ini guru Kang pernah menasehati murid2nya “Letakkanlah mimpi kalian setinggi langit di angkasa”.
Pembaca : emang ada ?
Penulis    : eitts,,, yg nulis siapa hayooo , ,
Sebagai muslim seharusnya kita tdk sepakat dg meletakkan impian setinggi langit diangkasa, tp seorang muslim seharusnya meletakkan mimpinya lebih tinggi lg ,,, “letakkan mimpimu setinggi surga”. Draem high yg cuma jd artis mah gk ada apa2nya dibandingkan Dream Moeslim. Orang yg memiliki mimpi besar harus siap dengan waktu yg lebih lama, tenaga yg lbh banyak, bahan bakar yg lbh banyak, dan tantangan yg lebih banyak. Mimpi besar mempunyai pengorbanan yg besar pula. Lantas apabila mimpi besar kita adalah Surga Allah, sebesar apakah pengorbanan kita utk meraihnya ?

Dulu ada seorang sahabat yg berkata mimpinya adalah menemani Rasullah di Surga. Sederhana sekali, dia kemudian memilih menghabiskan sisa hidupnya utk menemani Rasullah di  dunia, dg begitu harapannya dia bisa menemani Rasullah di surga kelak. Andai saja Rasullah masih hidup, mungkin kita juga akan meniru caranya tersebut. Sayangnya junjungan besar kita sdh lama mendahului kita. Tapi kita bisa bernafas lega karena kesempatan menemani Rasullah di surga belum ditutup. Caranya kini bukan lg dg menemani beliau, tp dg mngikuti beliau.

Mengikuti Rasullah sekarang tdk semudah seperti yg dilakukan para sahabat dulu, karena mereka bersama-sama beliau. Jd ke jalan mana Rasullah melangkah, mereka bisa dg mudah mengikutinya. Sedangkan kita sekarang melihat Beliau saja tdk pernah, bagaimana bisa mengikuti beliau ? Untungnya Rasullah dg bijaknya telah bersabda :
“kutinggalkan bagimu dua perkara , , , selama kamu berpegang teguh kepada keduanya, maka kamu tidak akan tersesat. Al Qur’an dan Sunnah ,,”
Asalkan kita mau menurut pada petunjuk jalan yg sdh diberikan trsebut, setidaknya kita sdh berada di jalan yg benar,,jalan yg telah diukir Rasullah. So, silahkan bermimpi namun jangan lupa ada jalan yg mesti kita ikuti dan batas yg tidak boleh dilanggar yaitu Al Qur’an dan sunnah (syariat Islam).
Pembaca : sok alim lu
Penulis    : biarin, daripada sok kafir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar